JADWAL PESANTREN MAHASISWA
Sabtu (Jam 13.00 - 14.45)
Kajian : Tajwidul Qur'an dan Kitab Salaf (Tauhid, Fiqh, dan Akhlak)
di Koridor Selatan Masjid Salman ITB
 (Gratis, terbuka untuk mahasiswa dan umum)
 


Syekh Hasan al-Banna (Pendiri Gerakan Ikhwanul Muslimin)

“Di dunia ini, dari banyaknya jumlah manusia hanya sedikit saja dari mereka yang sadar. Dari sedikit yang sadar itu hanya sedikit yang ber-Islam. Dari sedikit yang ber-Islam itu hanya sedikit yang berdakwah. Dari mereka yang berdakwah lebih sedikit lagi yang berjuang. Dari mereka yang berjuang sedikit sekali yang bersabar. Dan dari mereka yang bersabar hanya sedikit sekali dari mereka yang sampai akhir perjalanan”
“Waktu yang ada  jauh lebih sedikit dari tugas yang harus kita selesaikan dengan sempurna”
~Hasan Al Banna~
Betapa mengagumkan kisah laki-laki ini. Seluruh hisupnya dipenuhi dengan  peristiwa heroik yang membuktikan bahwa ia memang seorang laki-laki yang mencintao kebenaran melebihi apapun. Kecintaannya yang tak berhenti pada khayalan dan   pilkiran belaka tetapi berlanjut dengan aksi, dengan gerakan dan pada perbuatan yang mencengangkan.
Mahmudiyah adalah sebuah wilayah yang indah di provinsi buhairoh, 90 km dari Kairo, Mesir. Kota yang dipenuhi manusia-manusia ramah dan berbudi. Para ulama dan guru agama hampir bisa ditemui disetiap sudut kota tempat orang mendapatka jawaban atas pertanyaannya. Keluarga-keluarga membesarkan anaknya dengan ilmu-ilmu agama. Mereka juga mengajarkan hadis dan sastra.
Di lingkungan seperti itulah, seorang bayi lahir yang kelak diberi nama Hasan al-Banna, nama itu mempunyai arti sang pembangun kebaikan. 17 oktober 1906, Hasan al-Banna lahir ditengah-tengah keluarga yang membesarkannya dengan islam. Ayahnya bernama Syaikh Ahmad Abdurahman al-Banna al-Sa’ati adalah seorang ahli fiqh dan pakar hadits. Namun, di kemudian hari Hasan al-Banna justru memberikan sebutan ayah bukan pada ayahnya  tapi : “islam adalah ayahaku satu-satunya” ucap Hasan al-Bannna sejak ia belia.
Selain sebagai seorang ulama, ayahnya adalah seorang pengusaha arloji yang cukup berhasil. Dari usaha seperti itulah ayahnya menyejaterahkan keluarganya. Bahkan untuk membiayai penulisan buku-buku fiqh yang dikarangnya sendiri. Rumah keluarga ini memiliki perpustakaan pribadi yang kelak  menjadi bekal utama pertumbuhan intelektual Hasan al-Banna.
Hasan al-Banna adalah putra sulung dari lima bersaudara yang semuanya laki-laki. Didalam keluarganya, tradisi intelektual tumbuh dengan subur. Maklum ayahnya juga ternyata seorang jurnalis, redaktur-redaktur yang membidangi subyek sirah dalam majalah al-Urwat al-Wustqa yang dipimpin oleh Syeikh Jama;udin al-Afghani , seorang tokoh besar dalam sejarah pergerakan islam didunia dengan gagasan pan islamismenya. 
Karenanya tak mengherankan jika pada usia 12 tahun, Hasan al-Banna telah termotivasi untuk menghafal separuh dari ayat-ayat al-quran. Apalagi sang ayah, tak berhenti-hentinya menyemangati agar anaknya menuntaskan hafalan yang ia sebut sebagai utang yang harus ditunaikan oleh –orang-orang besar. Akhirnya pada usia 14 tahun 30 juz al-quran ia hafalkan. Sejak belia Hasan al-Bannna telah dikepung dengan kegelisahan mendalam. Mesir berada dibawah penjajahan inggris saat itu dan seperti semua wilayah yang sedang dijajahi, terjadi kerusakan prilaku dimana-mana. Pada saat yang sama perilaku orang-orang terhadap agamanya, islam juga telah membuat dirinya risau, saat ia berusia 13 tahun ia telah bergabung dengan sebuah demonstrasi besar untuk menentang penjajahan inggris tahun 1919. Keadaan yang susah dan tak mapan selalu lebih cepat mendewasakan orang-orang yang ada didalamnya. Termasuk Hasan al-Banna. Karenanya sejak kecil, jiwa pemberani dan pemimpin telah tampak dalam dirinya.
“Aku adalah penjajah yang mencari kebenaran, mencari manusia untuk sebuah makna kemanusiaan dan mencari martabat,kebebasan,stabilitas dan kesejahteraan di bawah naungan islam. aku adalah orang bebas yang sangat menyadari arti tujuan keberadaanku dan aku menyatakan ” sesungguhnya ibadahku, pengorbananku, hidupku dan matiku semua hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam yang tidak ada tuhan selain Dia. aku diperintahkan untuk menjadi orang-orang yang tunduk kepada kehendak-Nya dan saksikanlah itulah aku, lalu siapa kamu?”  (Hasan Al-Banna)
Sejak kecil Hasan al-Banna memiliki hobi yang aneh, di desanya mahmudiyah saat liburan ia mempunyai kebiasaan yang sangat aneh sekaligus indah. Ia membagi wilayah mamudiyah dan menentukan siapa yang akan menjadi orang yang membangunkan orang-orang untuk shalat subuh. Dari pintu ke pintu, rumah ke rumah, ia membangunkan orang-orang untuk shalat subuh berjamaah. Setelah itu ia akan duduk menyendiri di tepi sungai nil, mendengar satu per satu azan bersahut-sahutan dari satu masjid ke masjid lain. Di benaknya ia mengatakan bahwaia telah berperan membangunkan muadzin yang kini menyeru manusia untuk menunaikan shalat dan menyembah Tuhannya. Sungai nil yang mengalir menjadi saksi tentang rasa bangga dan bahagia yang menyelimuti dada Hasan al-Banna kecil. Kebahagiaannya itu semakin bertambah ketika kakinya melangkah ke dalam masjid dan mendapati dirinya sebagai satu-satunya jamaah terkecil yang ada untuk menyembah Allah Tuhan Semesta Alam. Maka dikemudian hari Hasan al-Banna merumuskan perasaannya itu seperti sebuah syair yang ia ingat pada waktu ujian. Syair yang menggambarkan perasaan dan  harapan :
Seandainya saya menjadi selain manusia
Saya memillih menjadi bulan
Yang bersinar di saat malam purnama
Hasan al-banna sangat hobi dan cinta tulis menulis, ia menumpahkan perasaannya lewat bait-bait syair, lewat kata-kata yang disusun indah, esai-esai panjang yang menggambarkan pikiran dan rencananya, juga catatan-catatan kecil yang menggugah. 
Maka inilah yang diucapka Hasan al-Banna saat mengukapkan kecintaannya pada tulis menulis :
 Apapun alasan yang ada, saya memang suka menulis dan saya akan tetap memenuhi keinginan saya untuk tetap menulis, jika apa yang saya tulis adalah sesuatu yang benar, Alhamdulillah. namum jika tidak, maka Astagfirullah. Tetapi saya yakin bahwa kalaupun tulisan ini tidak bermanfaat, insya Allah tetap tidak mendatangkan mudharat. Namun kebaikanlah yang saya inginkan, dan Allah sajalah yang dapat memberi taufiq” .
Pikiran dan perasaannya dapat ia tuangkan dengan sangat kuat pada tulisan, pada tinta-tinta di kertas yang merangkai kata. Tulisan dari Hasan al-Banna lebih banyak mengandung peningkatan kualitas dirinya, mengingatkan dirinya dan menjaga kebersihannya. Salah satu pelajaran yang paling ia sukai adalah pelajaran mengarang kerena di pelajaran ini ia bisa meluahkan perasaan dan pikirannya tentang kebenaran. Salah satu guru yang ia kenang adalah guru mata  pelajaran insya’/ mengarang, namanya Syaikh Ahmad Jusuf Najati. Sang guru sering memotivasi untuk mengarang dan mempelajari sastra, tapi dilain pihak sang guru justru mengalami kerepotan karena saking termotivasinya para murid, mereka menulis karangan dengan sangat panjang. Namun sang guru tetap membaca dan mengoreksinya, meski dengan penuh kelelahan. Sampai-sampai sang guru akhirnya berkata kepada murid-muridnya : 
“ Melihat tulisan kalian yang begitu panjang bak kereta, kalian itu harus efesien, karena sastra itu simpel, Demi Allah, saya tidak mengagung-agungkan karang mengarang, tetapi juga tidak membuangnya”. Perkataan sang guru pun  disambut tawa para muridnya termasuk Hasan al-Banna yang suka menulis berpanjang ria.
 Hasan al-Banna sangat menggebu-gebu dalam menuntut ilmu. Ilmu apapun ingin ia pelajari, sampai ia merasa dinasehati saat membaca kembali al-Ihya Ulumuddin karangan Imam al-Ghazali. Dalam buku itu, seolah-olah ia mendapat nasihat langsung dari al-Ghazali, bahwa tidak semua ilmu harus dipelajari, pelajarikah ilmu-ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang penting saja, agar waktu tidak terbuang secara percuma.
Hal itu menimbulkan kanflik dalam diri Hasan al-Banna antara keinginannya untuk belajar dan waktu yang terbatas dalam kehidupan yang singkat ini. Dari sanalah lahir pernyataan legendarisnya :
”Waktu yang ada jauh lebih sedikit dari tugas yang harus kita selesaikan dengan sempurna”

Sumber : http://qolbussalam.wordpress.com/

Posting Komentar Blogger

 
Top