JADWAL PESANTREN MAHASISWA
Sabtu (Jam 13.00 - 14.45)
Kajian : Tajwidul Qur'an dan Kitab Salaf (Tauhid, Fiqh, dan Akhlak)
di Koridor Selatan Masjid Salman ITB
 (Gratis, terbuka untuk mahasiswa dan umum)
 

Sebagai umat islam kita wajib percaya (iman) kepada sesuatu yang sudah Allah tentukan dan nashkan dalam al-Qur'an dan juga wajib percaya hal-hal yang sudah diucapkan, dilakukan, dan ditetapkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. Nah sekarang ini, banyak sekali orang islam yang belum mengetahui dalil naqli (al-Qur'an dan Hadits) tentang rukun islam yang 6. Oleh karena itu, kami menganggap sangat perlulah tulisan ini dipublikasikan dan diberitahukan kepada orang islam yang belum tahu tersebut. Langsung saja ke bahasan.


Rukun iman dalam islam itu ada 6 yaitu 
1. Iman kepada Allah s.w.t
2. Iman kepada  Malaikat-malaikat-Nya
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah s.w.t
4. Iman kepada Rasul-rasal-Nya
5. Iman kepada Hari Akhir (Kiamat)
6. Iman kepada Takdir Allah yang baik dan yang buruk

Dasar pengambilan hukum diatas sebenarnya banyak sekali, tetapi penulis cuma mengambil 2 sumber yang kuat saja.

”Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa’: 136)

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan Kami taat.” (mereka berdoa): “Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS. Al Baqarah: 285)

Sebagaimana yang terkandung di dalam hadits Umar bin Al Khaththab radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah  صلى الله عليه وسلم  ketika ditanya oleh malaikat Jibril ‘alaihis salam mengenai iman beliau menjawab:
أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره قال صدقت
“(Iman adalah) engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kiamat, dan engkau beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk.” Lalu Jibril berkata: “Anda benar.” [HR Muslim (8)]

Iman Kepada Allah s.w.t

Sifat Allah itu terbagi dalam beberapa bagian. Ada yang wajib bagi Allah, mustahil bagi Allah, dan jaiz bagi Allah. Secara singkat sebagai berikut:

Sifat yang wajib dan mustahil bagi Allah masing-masing 20 yang saling berlawanan:
1. Ada (wujud) lawannya tidak ada (’adam) lihat QS Thaha ayat 14, QS Ar-Rum ayat 8, dsb.
2. Dahulu (qidam) lawannya baru (huduts) lihat QS Al-Hadid ayat 3
3. Kekal (baqa’) lawannya berubah-ubah (fana’) lihat QS Ar-Rahman ayat 27, Al-Qashash ayat 88
4. Tidak menyerupai sesuatu (mukhalafatu lil hawaditsi) lawannya menyerupai sesuatu (almumatsalatu lil hawaditsi) lihat QS Asy-Syura ayat 11, QS Al-Ikhlas ayat 4.5. Berdiri sendiri (qiyamuhu binafsihi) lawannya berhajat kepada yang lain (al-ihtiyaju lighairihi) lihat QS Thaha ayat 111, QS Fathir ayat 15
6. Esa (wahdaniyat) lawannya berbilang (wujudusy syarik) lihat QS Az-Zumar ayat 4, QS Al-Baqarah ayat 163, QS Al-Anbiya’ ayat 22, QS Al-Mukminun ayat 91, dan QS Al-Isra’ ayat 42-43.
 7. Kuasa (qudrat) lawannya tdak kuasa (’ajz) lihat QS An-Nur ayat 45, QS Fathir ayat 44
8. Berkehendak (iradah) lawannya terpaksa (karahah) lihat QS An-Nahl ayat 40, QS Al-Qashash ayat 68, QS Ali Imran ayat 26, QS Asy-Syura ayat 49-50.9. Mengetahui (’ilm) lawannya bodoh (jahl) lihat QS Al-Mujadalah ayat 7, QS At-Thalaq ayat 12, QS Al-An’am ayat 59, dan QS Qaf ayat 16.
10. Hidup (hayat) lawannya mati (maut) lihat QS Al-Furqan ayat 58, QS Ghafir ayat 65, dan QS Thaha 111.11. Mendengar (sama’) lawannya tuli (shamam) lihat QS Al-Mujadalah ayat 1, QS Thaha ayat 43-46.
 12. Melihat (bashar) lawannya buta (’umyu) lihat QS Al-Mujadalah ayat 1, QS Thaha ayat 43-46.
13. Berbicara (kalam) lawannya bisu (bukm) lihat QS An-Nisa ayat 164, QS Al-A’raf ayat 143, dan QS Asy-Syura ayat 51.14. Yang Berkuasa (qadiran) lawnanya Yang tidak berkuasa (’ajizan)
15. Yang Berkemauan (muridan) lawannya Yang Terpaksa (mukrahan)
16. Yang berpengatahuan (’aliman) lawannya Yang Bodoh (jahilan)
17. Yang Hidup (hayyan) lawannya Yang Mati (mayyitan)
18. Yang Mendengar (sami’an) lawannya. Yang Tuli (ashamm)
19. Yang Melihat (basyiran) lawannya Yang Buta (a’ma)
20. Yang Berbicara (mutakalliman) lawannya Yang Bisu (abkam)

Dua puluh sifat yang wajib bagi Allah tersebut di atas dibagi kepada 4 bagian, yaitu:

1. Sifat Nafsiyyah. Artinya: Sifat yang tidak bisa difahami Dzat Allah tanpa adanya sifat. Sifat Nafsiyyah ini hanya satu sifat, yaitu: sifat wujud.

2. Sifat Salbiyyah. Artinya: Sifat yang tidak pantas adanya di Dzat Allah swt. Sifat Salbiyyah ini jumlahnya ada lima sifat, yaitu: Qidam, Baqa, Mukhalafah lil Hawaditsi, Qiyamuhu bin Nafsi, dan Wahdaniyyah.

3. Sifat Ma’ani. Artinya: Sifat yang tetap dan pantas di Dzat Allah dengan kesempurnaan-Nya. Sifat Ma’ani ini jumlahnya ada tujuh sifat, yaitu: Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sama’, Bashar, dan Kalam.

4. Sifat Ma’nawiyyah. Artinya: Sifat yang merupakan cabang dari sifat Ma’ani. Sifat Ma’nawyyah ini jumlahnya ada tujuh sifat, yaitu: Kaunuhu Qadiran, Kaunuhu Muridan, Kaunuhu ‘Aliman, Kaunuhu Hayyan, Kaunuhu Sami’an, Kaunuhu Bashiran, dan Kaunuhu Mutakalliman.

Adapun Sifat Jaiz Bagi Allah SWT adalah bahwa Allah berbuat apa yang dikehendaki, seperti dalam Al-Qur’an disebutkan :
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَايَشَاءُ وَيَخْتَارُ
Dan Tuhanmu menjadikan dan memilih barang siapa apa yang dikehendaki-Nya. (Al-Qashash: 68)

 Begitu juga yang terdapat dalam al-Qur'an surat Al-Imran ayat 26, QS Al-Baqarah ayat 284.

Allah menjadikan alam ini bukanlah suatu keharusan. Apabila menjadi suatu keharusan, berarti semuanya hawadits, itu tidak mungkin terjadi namanya. Apabila Allah menghendaki, maka terjadilah barang itu berwujud, dan apabila Allah tidak menghendaki, maka tidak pula terwujud.

Dari keterangan itu semuanya, ternyata Allah membuat atau tidak membuat segala sesuatu yang mungkin ini, hanyalah kemungkinan belaka. Sifat membuat alam ini atau tidak membuatnya adalah sifat jaiz bagi Allah. Artinya hal itu bias saja boleh terjadi atau tidak terjadi. Apabila dikehendaki, maka hal itu diadakanlah dan terjadi, dan apabila tidak dikehendaki, tidak diadakan dan tidak terjadi.

Iman kepada Malaikat Allah

Malaikat itu tidak sama dengan manusia di dalam sifat-sifat dan pekerjaannya: bukan laki-laki dan bukan perempuan; tidak makan dan tidak pula minum; dan dalam keadaan biasa tidak dapat dilihat dengan mata kepala, malaikat-malaikat itu sebangsa Ruh saja. Kita tidak diwajibkan mengetahui hakekat dzat malaikat itu. Cukuplah kita mempercayai saja akan keberadaannya, dengan sifat-sifat yang tersebut dalam Al-Qur’an.

Para Nabi dan Rasul, dapat mencapai malaikat pembawa wahyu yang terkadang menjelma sebagai manusia dengan kehendak Allah, dan terkadang pun tidak bertubuh seperti manusia. Keterangan-keterangan tentang Malaikat dan sifat-sifatnya itu di dalam Al-Qur’an banyak sekali. Di antaranya ialah :

نَزَلَ بِهِ الُّروْحُ اْلأَمِيْنُ عَلىَ قَلْبِكَ لِتَكُوْنَ مِنَ اْلمُنْذَرِيْنَ

“Turunlah Ar-Ruhul Amin (Jibril) dengan membawa Al-Qur’an di hatimu, supaya engkau menjadi salah seorang dari pada orang-orang yang memberikan peringatan”. (Q.S. asy-Syu’ara’: 193-194)

مَايَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلاَّ  لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ
Tidak sesuatu perkataan yang dikatakan; melainkan mesti ada malaikat yang mengawasi dan meneliti”. (Q.S. : Qaaf : 18)
قُلْ يَتَوَفَّكُمْ مَلَكُ اْلمَوْتِ الَّذِى وُكِلَ بِكُمْ ثُمَّ اِلَى رَبِكُمْ تُرْجَعُوْنَ
Katakanlah kamu akan dinantikan oleh malaikat maut yang diwajibkan (mencabut) segala nyawa kamu; kemudian kepada Tuhanmu ingatlah kamu dikembalikan”. (Q.S. : As-Sajadah: 11)

Bilangan Malaikat itu banyak sekali, dan hanya diketahui oleh Allah sendiri. Masing-masing nama dan pekerjaan sendiri-sendiri. Dan nama-nama itulah yang dihubungkan dengan pekerjaannya. Pekerjaannya yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan dalam keterangan para Rasul ada banyak sekali di antaranya sebagai berikut :
1. Membawa wahyu dari hadirat Ilahi, kepada para Nabi dan Rasul. Dinamakan Ar-Ruhul-Amin atau Jibril atau Ar-Ruhul-Qudus.
2. Membawa rezeki kepada semua makhluq dinamakan Mikail.

“Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, Maka Sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.” (QS. Al Baqarah: 98)

3. Meniup sangkakala (trompet) di hari kemudian, dinamakan Israfil.

“Rasulullah saw. pada suatu hari bersama para sahabat, lalu seorang laki-laki datang padanya kemudian berkata; “Ya Rasulullah, apakah iman itu?”Rasul menjawab, “Iman adalah kamu beriman pada Allah, malaikat, kitabNya, bertemu denganNya, para Rasul, dan beriman kepada hari kebangkitan.””
“Ya Allah Tuhannya Jibril, Tuhannya Mikail, Tuhannya Israfil, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui alam ghaib dan alam nyata, Engkau memutuskan di antara hamba-hamba-Mu dalam apa yang mereka perselisihkan, berilah aku petunjuk kepada kebenaran yang mereka berselisih di dalamnya dengan izin-Mu, karena Engkau memberi petunjuk siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.” (HR. Muslim)

5. Mencabut nyawa dari tubuh makhluq dinamakan Izrail.
5 & 6. Mengawasi dan meneliti pekerjaan manusia, dinamakan Rakib dan Atid.
7 & 8. Menanyai tiap-tiap orang dalam kubur dinamakan Mungkar dan Nakir.
9. Menjaga neraka dinamakan Malik atau Zabaniyah
10. Menjaga surga dinamakan Ridwan


Iman kepada Para Rasul Allah s.w.t

Bilangan para Nabi dan Rasul itu banyak, dan kita tidak mengetahui, hanya Tuhan-lah yang mengetahui bilangan pastinya, sebagaimana tertera di dalam ayat Al-Qur’an sebagai berikut :

 وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ
Kami telah mengutus beberapa utusan sebelum engkau, di antara mereka itu ada yang telah kami ceritakan kepadamu, dan ada pula yang tidak kami ceritakan kepadamu, dan ada pula yang tidak kami ceritakan kepadamu”. (Al-Mu’min: 78).

Adapun yang telah diceritakan di dalam Al-Qur’an dengan riwayatnya masing-masing berjumlah 25 orang. Itulah yang wajib kita percayai dengan pasti. Nama-Nama Para Nabi tersebut, sebagai berikut; Adam, Idris, Nuh, Hud, Shaleh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayyub, Syu’aid, Musa, Harun, Dzulkifli, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa, Muhammad.

Selanjutnya di antara 25 orang itu ada 5 orang Rasul yang mempunyai kelebihan yang istimewa. Mereka itu dinamakan Ulul-Azmi (اولوالعزم)    artinya para Nabi dan Rasul yang mempunyai ketabahan luar biasa. Mereka itu adalah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Nabi Muhammad SAW.

Mengingat tugas para Rasul, sebagai pesuruh Allah untuk memberi petunjuk kepada segenap manusia dan untuk memperbaiki masyarakat, maka para Rasul itu harus memiliki sifat-sifat wajib sebagai berikut, juga sifat mustahulnya:
1. Benar/Jujur atau  صِدْقٌ tidak mungkin Suka bohong atau lihat ( ....Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah..); Q.S. al-Hasyr ayat 7

2. Dapat dipercaya atau اَمَانَةٌ  tidak mungkin khianat (خِيَانَةٌ) (... Sesungguhnya aku adalah utusan (Allah) yang dipercaya kepadamu,) : Q.S. ad-Dukhon ayat 18
3. Menyampaikan perintah dan larangan atau تَبْلِغٌ tidak mungkin menyembunyikan ajaran atau كِتْمَانٌ  
(...(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.) : Q.S. al-Ahzab ayat 39

4. Cerdas atau 
فَطَانَةٌ tidak mungkin pelupa atau غَفْلَةٌ 
(.....Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya...) Q.S. al-An'am 83

Adapun sifat jaiz (mungkin) para rasul itu adalah sama seperti sifat manusia juga, bahkan dijadikan contoh bagi sekalian manusia, maka mereka pun mempunyai sifat-sifat sebagai manusia biasa, yakni al-a’radlul basyariyah (اَلأَعْرَاضُ البَشَرِيَّةُ)  , seperti makan, berkeluarga, penat, mati, merasa enak dan tidak enak, sehat dan juga menderita sakit yang tidak mengurangi kedudukannya sebagai Rasul. Dan sifat as-sam’iyat (السَّمْعِيَّاتِ)    yaitu hal-hal yang tidak dapat dicapai dengan akal semata-mata, dan hanya dapat diketahui dari keterangan yang kita terima dari sumber agama sendiri, yakni dari kitab-kitab Allah dan keterangan-keterangan para Rasul.

Di antara hal-hal yang termasuk di dalam Assamiyyat juga adalah Malaikat, Kitab-kitab Allah, Hari Kemudian, dan Hinggaan Allah (Qadla dan Qadar). Termasuk soal-soal ini juga adalah tentang Jin, Surga, Neraka, Hal ikhwal kubur, dan lain sebagainya.

Iman Kepada Kitab-Kitab Suci Allah

Allah menurunkan wahyu yang berisi petunjuk-petunjuk suci kepada para utusan-utusan-Nya. Petunjuk-petunjuk itu kemudian dihimpun-himpun menjadi kitab yang dinamakan kitab-kitab Allah. Kitab-kitab itu berisi perintah dan larangan (syari'at), janji baik dan buruk, serta nasehat dan petunjuk cara hidup dan beribadat.

Kita percaya bahwa kitab-kitab itu bukan bikinan makhluq, artinya bukan karangan Rasul, tetapi benar-benar dari Allah semata-mata. Dalam Al-Qur’an disebutkan sebagai berikut :

ءَامَنَ الرَّسُوْلَ بِمَا اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَبِهِ وَاْلمُؤْمِنُوْنَ كُلٌّ ءَامَنَ بِاللهِ وَمَلئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرَسُلِهِ
Rasul itu telah percaya akan apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan segala orang mu’minpun percaya pula, masing-masing percaya kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya dan Utusan-utusan-Nya”. (Al-Baqarah; 285).

Adapun kitab-kitab Allah tersebut, yang wajib diimani ada empat: Zabur, Taurat, Injil, dan Al-Qur’an.

1. Kita suci Zabur; yang diturunkan kepada Nabi Dawud a.s. berisi do’a-do’a, dzikir, nasehat dan hikmah-hikmah; tidak ada di dalamnya hukum syareat, karena Nabi Dawud diperintahkan mengikuti syareat Nabi Musa a.s.
وَءَاتَيْنَا دَ اوُدَ زَبُوْرَا
 “Dan kami telah memberi kitab zabur kepada Nabi Dawud”. (An-Nisa; 163).

2. Kitab suci Taurat; yang diturunkan kepada Nabi Musa.a.s. Berisi hukum-hukum syareat dan kepercayaan yang benar.

نَزَّلَ عَلَيْكَ اْلكِتبَ بِاْ لحَقِ مُصَدِقًالِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ التَّوْرَةَ وَاْلاِءنْجِيْلَ
“(Tuhan Allah) telah menurunkan kitab kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang terdahulu dari padanya, lagi menurunkan Taurat dan Injil”. (Ali Imran: 3).

3. Kitab suci Injil ; diturunkan kepada Nabi Isa a.s. Kitab itu berisi seruan kepada manusia agar bertauhid kepada Allah, menghapuskan sebagian dari hukum-hukum yang terdapat dalam kitab Taurat yang sudah tidak sesuai dengan zamannya.

4. Kitab suci Al-Qur’an; diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berisi syareat yang menghapuskan sebagian isi kitab-kitab Taurat, Zabur, Injil, yang sudah tidak sesuai dengan zamannya.
شَهْرُرَمَضَانَ الَّذِى أُنْزِلَ فِيْهِ اْلقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ
Pada bulan Ramadhan yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia”. (Al-Baqarah: 185).


Selain dari kitab-kitab yang empat itu, masih ada lagi shahifah (صحيفة) atau lembaran-lembaran oleh Allah telah diturunkan kepada Nabi Adam a.s., Nabi Syits a.s., Nabi Idris a.s., Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Musa a.s.

Iman Kepada Hari Akhir

Kita wajib percaya akan datangnya Hari kemudian atau Akherat, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an. Diterangkan bahwa pada akhir zaman akan datang suatu hari dimana, semua makhluq yang ada akan menjadi rusak dan binasa, itulah hari Qiyamat namanya.

Sesudah itu akan dibangkitkan semua manusia dari kuburnya debgan isyarat sangkakala (trompet) yang ditiup oleh malaikat. Kemudian diperiksa semua amal masing-masing untuk dihitung dan ditimbang (dihisab), dan akhirnya diberi balasan baik bagi yang amal kebaikannya di dunia lebih banyak dari amal jahatnya, dan dibalas siksa bagi yang amal jahatnya di dunia lebih banyak dari pada amal kebaikannya. Balasan itu berupa surga dan neraka. Amat banyaklah keterangan tentang hal itu, di dalam Al-Qur’an antara lain :

ذلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَاْلحَقُّ وَأَنَّهُ يُحْيِ اْ لمَوْتى وَاَنَّهُ عَلىَ كُلِ شَىْءٍ قَدِيْرٌ وَاَنَّ السَّاعَةَ ءَانِيَةٌ لاَرَيْبَ فِيْهَا وَأَنَّ اللهَ يَبْعَثُ مَنْ فِى اْلقُبُوْرِ
Yang sedemikian itu, supaya engkau mengerti bahwa Tuhan Allah itu Tuhan yang benar dan Tuhan itu menghidupkan segala yang telah mati. Lagi Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan sesungguhnya Qiyamat itu pasti datang, tiada ragu lagi. Tuhan Allah benar-benar akan membangkitkan orang-orang yang ada dalam kubur.” (Al-Hajj: 6 –7)

وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَصَعِقَ مَنْ فِى السَّموت وَمَنْ فِى اْلأَرْضِ اِلاَّ مَنْ شَاءَ اللهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيْهِ اُخْرى فَاءِذَاهُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُوْن
 “Sungguh pada hari Qiyamat akan ditiup sangkakala (trompet) lantas matilah sekalian apa yang ada di langit dan yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian akan ditiup padanya sekali lagi, kemudian mereka sekalian akan bangkit memandang (menunggu keputusan).” (Az-Zumar: 68)

Iman kepada Qadla dan Qadar  

Kita wajib percaya bahwa segala sesuatu yang telah terjadi dan yang akan terjadi, semuanya itu, menurut apa yang telah ditentukan dan ditetapkan oleh Tuhan Allah, sejak sebelumnya (zaman azali). Jadi segala sesuatu itu (nasib baik dan buruk) sudah diatur dengan rencana-rencana tertulis atau batasan-batasan yang tertentu. Tetapi kita tidak dapat mengetahuinya sebelum terjadi. Rencana sebelumnya itu Qadar atau Takdir, artinya hinggaan.

Terlaksananya berupa kenyataan, dinamakan Qadla artinya keputusan perbuatan (pelaksanaan). Sebagian Ulama’ menamakan takdir itu qadla dan qadla itu takdir atau qadar. Jadi segala sesuatu terjadi dengan Qudrat dan Iradat-Nya, yang sesuai dengan qadla dan qadar-Nya. Maka, dalam hakekatnya, kebetulan itu tidak ada. Keterangan-keterangan tentang hal itu di dalam Al-Qur’an, banyak antara lain sebagai berikut :
مَاأَصَابَ مِنْ مُصِيْبَةٍ فِى اْلأَرْضِ وَلاَ فِى اَنْفُسِكُمْ اِلاَّ فِى كِتَبٍ مِنْ قَبْلِ اَنْ نَبْرَأَهَا
Tiadalah sesuatu bencana yang menimpa bumi dan pada dirimu sekalian, melainkan sudah tersurat dalam kitab (Lauh Mahfudh) dahulu sebelum kejadiannya.” (Al-Hadid: 22)
وَكُلُّ شَىْءٍ عِنْدَهُ بِمَقْدَارٍ
Dan segala sesuatu, bagi Tuhan telah ada hinggaannya (jangkanya).” (Ar-Rad; 8).
قُلْ لَنْ يُصِيْبَنَا اِلاَّ مَاكَتَبَ اللهُ لَنَا
Katakanlah (Muhammada): Tiada sekali-kali akan ada bencana mengenai kami, melainkan hanya apa yang ditentukan oleh Allah bagi kami.” (Al-Baraah; 51)
وَالَّذِى قَدَّرَ فَهَدَى
Dan (Tuhanmu) yang telah menentukan, kemudian menunjukkan.” (Al-A’la; 3)

Semoga bermanfaat
Sumber : KH A Nuril Huda

Posting Komentar Blogger

 
Top